SEKELUMIT KEHIDUPAN
PESANTREN
Pesanten
adalah salah satu tempat dari berbagai macam dan jenis tempat menuntut ilmu
seperti sekolah, perguruan tinggi, tempat private dan sejenisnya. Di kehidupan
era modern yang sudah canggih dan serba elektronik ini, tentu barang pasti pesantren
sudah banyak ditinggalkan dan jarang diminati bagi sebagian orang yang sudah
terpengaruh dan ketergantungan dengan zaman serba mesin ini. Daripada mereka
bergelut dengan kitab-kitab klasik, kebanyakan mereka lebih memilih dengan
kehidupan yang serba mudah dan modern seperti hidup di kost-an, kontrakkan, atau apartemen. Mereka berfikir hidup di kost-an atau kontrakkan lebih merasa
banyak waktu untuk melakukan bermacam-macam hal yang mereka kehendaki termasuk
bermain game di laptop tanpa harus ada yang menggubris mereka untuk mengaji
atau sebagainya. Oleh karena itu, disinilah justru sebuah pesantren dirasa
memiliki peran yang cukup penting.
Jika
kita cermati bagaimana kehidupan yang sungguh berbeda antara kehidupan di kost-an dengan di pesantren, sungguh
perbedaan itu terlihat jelas.
“enaknya nge-kost, ya.. lebih
bisa mengekpresikan diri saja, untuk mencari ketenangan, ya pokoknya mah bisa
melakukan apa-apa yang nggak bisa dilakukan di tempat ramai”
(M.
Fikriyuddin Mahasiswa IAIN SNJ Cirebon)
Pernyataan
miring di atas adalah sebagian kecil dari pendapat-pendapat yang menyatakan
bahwa nge-kost memiliki banyak waktu
untuk bisa mengekspresikan diri seperti menulis, berkarya dan melakukan
kegiatan yang lainnya dengan waktu yang lebih banyak dan situasi yang tenang
karena ridak ramai dengan orang. Namun, meskipun demikian tetap saja pesantren
memiliki citra keunggulan yang jauh diatas kost-an.
Memang benar jika kita berada di dalam pondok pesantren akan memiliki waktu
yang sedikit untuk bisa mengekspresikan diri, baik berupa mengikuti kegiatan
les maupun organisasi, karena memang waktunya dibatasi oleh pihak pesantren.
Pembatasan
waktu yang berlaku dikalangan pesantren tersebut tak lain adalah sebagai suatu
hal pemacu semangat dan melatih para santri atau pelajar agar dapat me-manage waktunya sebaik mungkin dan
semanfaat mungkin. Hal ini merupakan metode terbaik agar para pelajar pandai
membiasakan diri dengan mengatur jadwal dan memposisikannya dengan semanfaat
mungkin.
Dalam
sebuah pesantren selain memilikki nilai tambah, yakni di sana dipelajari
ilmu-ilmu agama yang merupakan ilmu pertahanan yang dapat membentengi seorang
pelajar dari pengaruh kehidupan luar yang sudah terkontaminasi dengan berbagai
macam pemikiran dan pengaruh budaya barat.
Dalam
sebuah pesantren juga, bukan hanya menambah ilmu sebagai wadah dimana
nilai-nilai agama tetap diterapkan dan terus dikaji sebagai pertahanan diri
terhadap pengaruh-pengaruh yang negatif yang bersumber dari tercampur baurnya
budaya pribumi dan barat. Untuk bisa menjalani kehidupan di pondok pesantren
bisa dikatakan mudah bagi orang-orang yang memang menyukai hidup dalam
kesederhanaan dan menggeluti di bidang keagamaan.
Akan
tetapi, bagi beberapa orang yang tidak terbiasa, hidup di pesantren merupakan hal yang berat
dan butuh ikhtiyar serta kesabaran
yang lebih untuk bisa beradaptasi dengan lingkungan pesantren yang berbeda
dengan kehidupan ketika berda di rumah. Apalagi jika santri atau pelajar
tersebut sudah terbiasa betah dengan keadaan sendiri dan tidak suka keramaian.
Seperti santri atau pelajar yang penulis temui beberapa waktu lalu.
“Saya bukan orang ekspresif, jadi
kalau ingin melakukan suatu hal itu tidak enak jika ada orang lain, jauh dari
hobbi saya (bermain gitar) , saya tidak fokus kalau tidak sendiri. Saya minder
dan merasa paling bodoh, makannya mau belajar bagaimana meskipun saya malu
karena masih dasar sekali. Mungkin masalah utamanya adalah saya lebih seneng
sendirian ”
(Setiawan,
Santri P.P.Al-Ikhlas)
Merasa
dirinya bukanlah orang ekspresif, Setiawan merasa jika disaat dia ingin
melakukan suatu hal, dia merasa tidak percaya diri saat ada orang lain di
sekitarnya. Hal yang dianggapnya menjadi sebuah cobaan adalah jauh dari hobbinya yang memang bertentangan
dengan peraturan di pesantrennya, yaitu bermain gitar. Suasana yang selalu
ramai juga menjadi faktor yang juga menguras energi untuk bisa menghadapinya
dengan penuh kesabaran dan melatih daya fikir dalam memilih waktu yang pas
untuk bisa fokus dalam berbagai hal
terutama belajar. Apalagi jika santri yang hanya bisa fokus saat dia sedang
sendiri.
Bagi
beberapa orang yang memilikki cara belajar fokus sendiri, akan membutuhkan
waktu yang lama untuk bisa fokus ditengah keramaian. Butuh waktu bertahun-tahun
untuk bisa melatih bagaimana agar bisa tetap berfikir meskipun ditengah
kegaduhan yang ada.
Saran
atau tips yang bisa penulis sampaikan untuk masalah di dalam pesantren untuk
menyikapi keramaian seperti ini adalah mungkin kita harus pandai memilih waktu
yang pas yang sesuai dengan harapan kita. Disaat suasana pesantren sednag ramai
kita bisa menggunakannya untuk beristirahat dan menenang kan pikiran. Kemudian
disaat semua terlelap tidur, kita bangun untuk belajar dan melakukan hal yang
tidak bisa kita lakukan saat suasana ramai.
Itulah sekelumit hal tentang
bagaimana kehidupan di kost-an dan di
pesantren. Terutama kehidupan yang ada dalam pesantren yang juga penulis alami
saat ini. Masih banyak hal-hal lain yang menarik yang menjadi perbedaan
diantara keduanya yang insyaAllah akan penulis ulas kembali di lain waktu.
0 ulasan:
Catat Ulasan