Dikuasakan oleh Blogger.
RSS

sekelumit kehidupan di pesantren


SEKELUMIT KEHIDUPAN PESANTREN
Pesanten adalah salah satu tempat dari berbagai macam dan jenis tempat menuntut ilmu seperti sekolah, perguruan tinggi, tempat private dan sejenisnya. Di kehidupan era modern yang sudah canggih dan serba elektronik ini, tentu barang pasti pesantren sudah banyak ditinggalkan dan jarang diminati bagi sebagian orang yang sudah terpengaruh dan ketergantungan dengan zaman serba mesin ini. Daripada mereka bergelut dengan kitab-kitab klasik, kebanyakan mereka lebih memilih dengan kehidupan yang serba mudah dan modern seperti hidup di kost-an, kontrakkan, atau apartemen. Mereka berfikir hidup di kost-an atau kontrakkan lebih merasa banyak waktu untuk melakukan bermacam-macam hal yang mereka kehendaki termasuk bermain game di laptop tanpa harus ada yang menggubris mereka untuk mengaji atau sebagainya. Oleh karena itu, disinilah justru sebuah pesantren dirasa memiliki peran yang cukup penting.
Jika kita cermati bagaimana kehidupan yang sungguh berbeda antara kehidupan di kost-an dengan di pesantren, sungguh perbedaan itu terlihat jelas. 
“enaknya nge-kost, ya.. lebih bisa mengekpresikan diri saja, untuk mencari ketenangan, ya pokoknya mah bisa melakukan apa-apa yang nggak bisa dilakukan di tempat ramai”
(M. Fikriyuddin Mahasiswa IAIN SNJ Cirebon)
Pernyataan miring di atas adalah sebagian kecil dari pendapat-pendapat yang menyatakan bahwa nge-kost memiliki banyak waktu untuk bisa mengekspresikan diri seperti menulis, berkarya dan melakukan kegiatan yang lainnya dengan waktu yang lebih banyak dan situasi yang tenang karena ridak ramai dengan orang. Namun, meskipun demikian tetap saja pesantren memiliki citra keunggulan yang jauh diatas kost-an. Memang benar jika kita berada di dalam pondok pesantren akan memiliki waktu yang sedikit untuk bisa mengekspresikan diri, baik berupa mengikuti kegiatan les maupun organisasi, karena memang waktunya dibatasi oleh pihak pesantren.
Pembatasan waktu yang berlaku dikalangan pesantren tersebut tak lain adalah sebagai suatu hal pemacu semangat dan melatih para santri atau pelajar agar dapat me-manage waktunya sebaik mungkin dan semanfaat mungkin. Hal ini merupakan metode terbaik agar para pelajar pandai membiasakan diri dengan mengatur jadwal dan memposisikannya dengan semanfaat mungkin.
Dalam sebuah pesantren selain memilikki nilai tambah, yakni di sana dipelajari ilmu-ilmu agama yang merupakan ilmu pertahanan yang dapat membentengi seorang pelajar dari pengaruh kehidupan luar yang sudah terkontaminasi dengan berbagai macam pemikiran dan pengaruh budaya barat.
Dalam sebuah pesantren juga, bukan hanya menambah ilmu sebagai wadah dimana nilai-nilai agama tetap diterapkan dan terus dikaji sebagai pertahanan diri terhadap pengaruh-pengaruh yang negatif yang bersumber dari tercampur baurnya budaya pribumi dan barat. Untuk bisa menjalani kehidupan di pondok pesantren bisa dikatakan mudah bagi orang-orang yang memang menyukai hidup dalam kesederhanaan dan menggeluti di bidang keagamaan.
Akan tetapi, bagi beberapa orang yang tidak terbiasa,  hidup di pesantren merupakan hal yang berat dan butuh ikhtiyar serta kesabaran yang lebih untuk bisa beradaptasi dengan lingkungan pesantren yang berbeda dengan kehidupan ketika berda di rumah. Apalagi jika santri atau pelajar tersebut sudah terbiasa betah dengan keadaan sendiri dan tidak suka keramaian. Seperti santri atau pelajar yang penulis temui beberapa waktu lalu.
“Saya bukan orang ekspresif, jadi kalau ingin melakukan suatu hal itu tidak enak jika ada orang lain, jauh dari hobbi saya (bermain gitar) , saya tidak fokus kalau tidak sendiri. Saya minder dan merasa paling bodoh, makannya mau belajar bagaimana meskipun saya malu karena masih dasar sekali. Mungkin masalah utamanya adalah saya lebih seneng sendirian ”
(Setiawan, Santri P.P.Al-Ikhlas)
Merasa dirinya bukanlah orang ekspresif, Setiawan merasa jika disaat dia ingin melakukan suatu hal, dia merasa tidak percaya diri saat ada orang lain di sekitarnya. Hal yang dianggapnya menjadi sebuah cobaan adalah  jauh dari hobbinya yang memang bertentangan dengan peraturan di pesantrennya, yaitu bermain gitar. Suasana yang selalu ramai juga menjadi faktor yang juga menguras energi untuk bisa menghadapinya dengan penuh kesabaran dan melatih daya fikir dalam memilih waktu yang pas untuk bisa fokus  dalam berbagai hal terutama belajar. Apalagi jika santri yang hanya bisa fokus saat dia sedang sendiri.
Bagi beberapa orang yang memilikki cara belajar fokus sendiri, akan membutuhkan waktu yang lama untuk bisa fokus ditengah keramaian. Butuh waktu bertahun-tahun untuk bisa melatih bagaimana agar bisa tetap berfikir meskipun ditengah kegaduhan yang ada.
Saran atau tips yang bisa penulis sampaikan untuk masalah di dalam pesantren untuk menyikapi keramaian seperti ini adalah mungkin kita harus pandai memilih waktu yang pas yang sesuai dengan harapan kita. Disaat suasana pesantren sednag ramai kita bisa menggunakannya untuk beristirahat dan menenang kan pikiran. Kemudian disaat semua terlelap tidur, kita bangun untuk belajar dan melakukan hal yang tidak bisa kita lakukan saat suasana ramai.
            Itulah sekelumit hal tentang bagaimana kehidupan di kost-an dan di pesantren. Terutama kehidupan yang ada dalam pesantren yang juga penulis alami saat ini. Masih banyak hal-hal lain yang menarik yang menjadi perbedaan diantara keduanya yang insyaAllah akan penulis ulas kembali di lain waktu.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 ulasan:

Catat Ulasan